Kegiatan Desak Anies yang diadakan di Bento Kopi, Jalan Pulau Sebesi, Sukarame, Bandar Lampung merupakan kegiatan dialog dengan tujuan untuk pendekatan kepada kaum milenial dan generasi Z agar mau memilih pasangan calon nomor urut 1.
Ada kejadian yang unik dan menarik pada saat berlangsung kegiatan diskusi bersama Anies, Capres dari koalisi Perubahan tersebut didatangi oleh seorang pemuda yang merupakan pendukung dari Ganjar-Mahfud, ditandai dengan kaos hitam yang dipakai bertuliskan Ganjar-Mahfud, pemuda tersebut juga mengajukan beberapa pertanyaan kepada Anies.
Anies kemudian memuji aksi dari pemuda tersebut, Anies menyebut pendukung Ganjar tersebut sebagai sosok yang demokratis karena menyempatkan diri hadir untuk bertemu dengan dirinya bahkan menyampaikan pertanyaan kritis secara langsung, Kita harus menghormati pilihan, bahkan menurut saya ini contoh seorang yang demokratis karena dia mau datang ke sebuah acara dan ketemu pasangan yang bukan dia dukung, dan kita semua harus demokratis menghormati, inilah Indahnya Indonesia, jangan dirusak,” jelas Anies
Pemuda tersebut menyampaikan beberapa pertanyaan kepada Anies di mana ia meminta ketegasan mengenai sikap sang Capres dari koalisi Perubahan tersebut untuk menanggapi Mega Proyek era Jokowi yang menelan banyak biaya, Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh Anies yang kemudian menegaskan bahwa ia menghormati keinginan pembuatan ibu kota baru, namun ia menegaskan ada hal yang jauh lebih mendesak daripada sekadar memfokuskan biaya pada pembangunan satu kota saja.
Ia memberi contoh banyaknya bangunan sekolah rusak di Indonesia dan pembangunan baru gedung dinas pendidikan, maka yang jauh lebih urgent dilakukan adalah perbaikan sekolah rusak di Indonesia bukan fokus pada membangun baru sebuah gedung.
“Ini sama seperti di Lampung ada 51 persen kalau tidak salah sekolah di Lampung rusak besar. Sekarang kita punya uang mau dipakai untuk apa? Mau dipakai untuk perbaiki sekolah rusak atau untuk buat gedung baru dinas pendidikan? Ini problem sekolah rusak nggak ada anggarannya karena dipakai untuk urusan lain,” ungkap Anies.
Anies pun merasa soal IKN mulai hanya fokus ke politis di mana ketika mendukung satu Paslon maka harus juga mendukung sikap soal IKN. Padahal menurutnya perlu adanya objektivitas dalam menilai sesuatu.
“Ini sudah jadi persoalan politis, pokoknya kalau saya dukung A maka programnya harus didukung, menurut saya kita harus objektif. Objektif artinya baik dan tidak berdasarkan penilaian objektif bukan pada afiliasi politik,” tutup Anies