SigerLink, Lamsel — DPRD Lampung Selatan menindak lanjuti peristiwa viral kepala sekolah marahi murid sampai menangis. Salah satu anggota DPRD Lampung Selatan bahkan sampai datang ke sekolah yang kepala sekolahnya viral tersebut.
Satu anggota DPRD Lampung Selatan yang turun ke sekolah MTs yang kepala sekolahnya viral yakni Ahmad Muslim dari Fraksi Golkar.
Ahmad Muslim terjun langsung ke sekolah MTs Islamiyah Ketapang Lampung Selatan yang kepala sekolahnya viral sebagai alumni peduli dengan kejadian di sekolahnya.
Dia merasa berkewajiban hadir pada pertemuan antara pihak sekolah dan murid untuk memberikan mediasi.
“Kemarin saya hadir langsung untuk mendengar apa yang telah diungkapkan dan dilakukan kepala sekolah,” kata Ahmad Muslim.
Akhirnya, kata dia, tidak ada lagi kesimpang siuran dalam peristiwa viral oknum kepala sekolah marahi murid hingga menangis.
Ia pun menyebut baik kepala sekolah MTS dengan siswa-siswi dan dewan guru sudah saling memaafkan.
“Secara lahir sudah saling memaafkan,” ujarnya.
Ahmad Muslim berharap kejadian tersebut menjadi pembelajaran bagi sekolah, bahwa guru membutuhkan kesabaran yang sangat luar biasa.
“Kemarin dewan guru dengan siswa sudah saling memafkan. Jadi Sudah tidak ada ketegangan,” ungkapnya. Ia pun berharap kejadian serupa tidak terulang kembali.
Kepala Sekolah Akui Tersulut Emosi Seorang kepala sekolah dalam video viral marahi murid di Lampung Selatan hingga menangis akhirnya buka suara.
Oknum kepala sekolah yang marahi murid di Lampung Selatan itu, yakni Supriyanto merupakan Kepala MTs Kecamatan Ketapang.
Ternyata kepala sekolah di Lampung Selatan tersebut menyesali perbuatannya memarahi murid hingga menangis.
Oknum kepala sekolah ini pun menyadari jika perbuatannya tersebut salah.
“Saya mengakui kesalahan saya dan meminta maaf atas tindakan intimidasi yang tidak sepantasnya saya lakukan kepada siswa-siswi,” ujarnya, Minggu (22/9/2024).
Supriyanto mengaku, saat itu dirinya tersulut emosi lantaran ada berita beredar yang dia akui belum pasti kebenarannya.
“Saat itu saya terbawa emosi, karena ada kabar yang tidak enak, lalu murid-murid percaya, padahal informasi itu belum tentu kebenarannya,” kata Supriyanto.
Saat ini, ia mengaku pasrah dan siap menerima konsekuensi dan sanksi dari pihak Yayasan. (Red)